Translate

Minggu, 13 Juli 2014

fact about my friends 1

Yang pertama, Annisa Reviska Rahma, yg sering di panggil icha als ichot. dia temen sebangku *eh salah, semeja maksudnya. sebangku mah ngga akan cukup* temen semeja gue selama dua tahun ini. dulu sih sama Nabila tapi selama pisah kelas sama Nabila, sekarang gue jadi sama dia. Dia ini k-popers banget pokonya, kalau nyanyi lagu korea selalu ngerusak kuping gue. *mending kalau suara lu bagus huuuu #eh* dia selalu bilang gini
"ngga peduli deh gue, mau ngerusak kuping elu, mulut elu, idung elu tetep ngga peduli, yg penting gue ngga ganggu orang banyak. haha"
 *tapikan tetep aja dia ngerusak kuping gue, hadoooh.*
dia sih jarang bikin gue bete, tapi kalau bikin kesel mah woooo sering banget. tapi ngga apa2, itulah yg namanya temen. jangan mau senengnya doang *bener ngga?* haha
 dia sering banget dengerin curhatan gue, tapi cuma dlm hal yg wajar2 aja hihi. kalau yg ngga wajar kan ngga mungkin hehe. tapi kalau si ichot lg betee nih ya, beuuh mukanya keliatan banget dah. mukanya nekuk kaya kertas koran yang lecek. *tau dong kertas koran lecek kaya gimana?* haha
dia anaknya suka edan eling, tau artinya edan eling? *mau tau? atau udah tau? yaudah kalau yang udah tau, kaga usah gue kasih tau lagi haha. tapi bagi yang belum tau, niih gue kasih tau. edan eling itu, edan: gila dan terkadng eling: sadar. jadi edan eling adalah keadaan dimana seseorang terkadang sadar dan terkadang gila hihi*




Sedikit shareing

Menjalani tugas sebagai anak itu sulit, sangat sulit. Namun tak dapat dipungkiri bahwa saat ini, banyak sekali anak yg menjadi korban kekerasan, perceraian, bullying dll. Orang tua yg memiliki anak lebih dari satu, boleh saja berkata 'saya sudah membagi kasih sayang dgn seimbang, antara anak saya yg satu dengan anak saya yg lainnya' namun nyatanya TIDAK. Tak sedikit orang tua yg kewalahan mendidik anaknya, hingga berkata 'jadi anak harus kaya si A dong' mereka tidak berfikir bahwa karakter setiap anak pasti berbeda-beda. Jangan karena si A rajin, pandai, bahkan mendekati sempurna. Sedangkan si B malas, bodoh, bahkan bagaikan bumi dan langit dengan si A. Lalu si B diterlantarkan, diterlantarkan dalam arti, si anak dilepas begitu saja dan harus memiliki sifat yg sama seperti si A 'toh si A saja bisa, mengapa si B tidak?' Boleh saja berkata seperti itu, asalkan orang tua juga harus berfikir. Oh dulu si A jika ingin ini atau itu, selalu dituruti. Jika si B, menginginkan ini itu selalu saja dijawab dengan 'usaha dong jgn maunya instan terus, ikutin dulu si A yg rajin, pintar nurut sma mama. Ngga kaya kamu!' itu karena orang tua menginginkan anaknya harus sama dengan anak yg lainnya. Orang tua tidak bisa memaksakan semuanya, karena anaknya pasti memiliki kata hati sendiri. Akibat perbedaan seperti ini, si B yang dulunya berkata 'aku harus membanggakan orang tuaku, walaupun aku tak sepandai dan secerdas si A tapi aku pasti bisa.' Akan tetapi dengan terus menerus terjadinya perbedaan maka si B bisa saja berkata 'aku kesal dengan semua ini, aku tak suka dengan semua ini, karena orang tuaku selalu menuntut ini itu. Aku mau memiliki orang tua seperti yang lain, yang selalu terlihat harmonis. Apa karena aku ini bukan anak yg mereka inginkan? Lalu untuk apa aku ada di tengah-tengah mereka?' Yaaa, itu bisa saja terjadi jika orang tua yang selalu memikirkan hal satu tanpa memikirkan hal yang lainnya. Seorang anak tidak berhak mengatur ini itu kepada yg lebih tua. Baik ibu, ayah atupun kaka. Tapi saya tidak setuju, karena bagaimanpun seorang anak pasti ingin memiliki kebahagiaan juga. Apalagi yg menyangkut kepada kehidupan sehari-harinya, yang menurutnya tidak adil. Akan tetapi ingatlah wahai para anak, kamu tidak akan pernah ada jika mereka tidak ada di dunia ini.
So, semua ini bukan untuk menjelek-jelekan orang tua namun hanya memberi tau sedikit apa yang sedang terjadi pada kebanyakan anak saat ini. Terimakasih ;)